Kualifikasi Piala Dunia 2026 – Menggali Riwayat Kemenangan Terakhir Timnas Indonesia atas China: 38, 59, atau 68 Tahun Silam?

https://danasol.my.id/ – Timnas Indonesia menjamu China dengan modal rekor head-to-head kalah mentereng dari sang rival kalau acuannya adalah riwayat pertemuan.

Pasukan Garuda melanjutkan agenda Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di ronde ketiga pada Kamis (5/6/2025).

Timnas Indonesia menyambut kedatangan China dalam lakon matchday 9 Grup C di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Jelang bentrokan tersebut, rekor head-to-head kedua tim menjadi sorotan menarik lantaran banyaknya versi yang beredar dari berbagai sumber.

Referensi pertama yang sering digunakan adalah versi laman 11vs11.

Situs spesialis penyaji data head-to-head tim sepak bola itu mencantumkan Indonesia dan China sudah bertemu 18 kali di berbagai ajang.

Hasilnya, Tim Garuda inferior dengan catatan hanya 3 kali menang, 3 seri, dan 12 kalah.

Kemenangan terakhir Indonesia terjadi pada duel King’s Cup atau Piala Raja Thailand 1987.

Disebutkan bahwa 38 tahun silam, Indonesia mengalahkan timnas China dengan skor 3-1.

Akan tetapi, mengacu kepada referensi lain di RSSSF, sebuah web pangkalan arsip dan statistik sepak bola multinasional, skuad yang tampil di King’s Cup 1987 bukanlah tim nasional utama masing-masing.

Indonesia diwakilkan Galatama XI atau kumpulan pemain terbaik Liga Galatama, sedangkan representasi dari China adalah Hubei.

Akibatnya, secara prinsip, hasil laga tersebut tidak bisa dihitung kompetitif dan bukan dikategorikan level A.

Piala Raja Thailand merupakan turnamen persahabatan yang sifatnya invitasi.

Ia mengundang peserta dari berbagai negara, tak terbatas sebuah tim nasional sampai klub-klub Eropa.

Sementara itu, data di Transfermarkt menunjukkan versi berbeda.

Timnas Indonesia dan China dicatat sudah bertemu 14 kali dengan Sang Garuda hanya meraih 2 kemenangan, 2 seri, serta 10 kalah.

Tim Merah-Putih disebut terakhir kali menang 59 tahun silam, yaitu pada pentas Asian Games Bangkok 1966 dengan skor 3-1.

Kejuaraan multicabang terbesar di Asia tersebut bisa dikategorikan level kompetitif.

Akan tetapi, lagi-lagi ada perbedaan referensi.

RSSSF mencantumkan lawan yang dihadapi Indonesia di Grup C kala itu bukan China, melainkan timnas Taiwan – yang bernama resmi Republik China (ROC) – berbeda dengan Republik Rakyat China (RRC).

Timnas China yang kita kenal sekarang tidak ikut serta di Asian Games sampai debutnya pada 1974.

Akibatnya, harus mundur lebih jauh untuk mengenang kemenangan terakhir timnas Indonesia atas Negeri Tirai Bambu di pertandingan kompetitif.

Menurut data RSSSF dan web FIFA Ranking, pencarian ini pun terhenti di angka 68 tahun silam!

Tepatnya pada Kualifikasi Piala Dunia 1958, Sang Garuda mengempaskan China dengan skor 2-0 dalam laga putaran pertama di Grup 1.

Duel tersebut berlangsung di Stadion Ikada, Gambir, yang menjadi arena utama sebelum pembangunan Gelora Bung Karno di Senayan.

Pada 12 Mei 1957, dua gol dari Si Kancil yang legendaris, Andi Ramang, menjebol gawang China.

Media berbahasa Belanda yang terbit di Indonesia seperti Java-Bode dan Algemeen Indisch Dagblad (AID) merekam jelas peristiwa bersejarah tersebut.

Duel itu juga menandakan pertemuan pertama timnas Indonesia melawan China.

“Pertandingan yang dihadiri oleh sekitar 50.000 penonton tersebut dipimpin oleh wasit Italia, Cesare Lonni, yang mengendalikan pertandingan dengan ketat, sehingga setiap pelanggaran kecil pun dihukum tanpa ampun olehnya,” tulis AID.

“Hingga babak pertama berakhir, skor masih 0-0. Setelah istirahat, penyerang tengah Ramang mencetak kedua gol.”

“Kedua tim secara umum seimbang, tetapi pertahanan Indonesia terbukti lebih kuat daripada pertahanan China,” lanjutnya.

Lini belakang racikan pelatih Toni Pogacnik menjadi sorotan karena mereplika ketangguhannya di Olimpiade Melbourne 1956, pentas di mana Indonesia menahan imbang tanpa gol sang raksasa masa lalu, Uni Soviet.

Selepas kemenangan bersejarah itu, Ramang dkk gantian bertamu ke Beijing, tetapi lantas dikalahkan 3-4.

Guna menentukan juara grup, kedua tim berduel lagi dalam partai play-off di tempat netral, Yangon (Myanmar), yang berkesudahan seri 0-0.

Indonesia melaju ke ronde kedua dengan modal keunggulan produktivitas gol tandang atas China.

Namun, pasukan Pogacnik mengundurkan diri sebagai bentuk protes keikutsertaan Israel dalam satu grup.

Peluang besar Sang Garuda lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia pun kandas.

Sementara itu, setelah menjalani tiga bentrokan tadi, rekor head-to-head selebihnya menjadi milik Negeri Tirai Bambu.

Total, data RSSSF merangkum hasil yang brutal memihak China dengan perolehan 15 kemenangan, 3 seri, dan cuma sekali kalah dari Indonesia.

Data mana pun yang dijadikan acuan, satu garis merah tebal bisa ditarik bahwa Tim Garuda memang inferior menurut riwayat lama.

Toh, keberhasilan Rizky Ridho dkk memetik kemenangan pertama Tim Merah-Putih atas Arab Saudi November lalu bisa dijadikan contoh kalau sejarah bisa diperbarui menjadi lebih baik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *